Senin, 08 Oktober 2012

Perkembangan Agama Buddha Sejak Kemerdekaan RI


Perkembangan Agama Buddha Sejak Kemerdekaan RI

  1. Tokoh-tokoh agama Buddha setelah kemerdekaan
Perhimpunan Theosofi y.ang bertujuan untuk membina persaudaraan universal melalui penghayatan pengetahuan tentang semua agama termasuk agama Buddha, telah menarik perhatian dan minat orang-orang Indonesia terpelajar. Dari mempelajari agama Buddha kemudian timbullah dorongan untuk menghayati dan mengamalkan ajaran agama Buddha.
Dari sinilah bermulanya orang-orang Indonesia terpelajar mengenal agama Buddha sampai akhirnya menjadi penganut Buddha Dharma. Orang-orang Indonesia terpelajar yang kemudian menjadi umat Buddha melalui Theosofi antara lain M.S. Mangunkawatja, Ida Bagus Jelanti, The Boan An, Drs. Khoe Soe Khiam, Sadono, R.A. Parwati, Ananda Suyono, I Ketut Tangkas, Slamet Pudjono, Satyadharma, lbu Jamhir, Ny. Tjoa Hm Hoey, Oka Diputhera dan lain-lainnya. Meskipun theosofi tidak bertujuan untuk membangkitkan kembali agama Buddha narnun dari theosofi ini lahir penganut agama Buddha yang kemudian setelah Indonesia merdeka menjadi pelopor kebangkitan kembali agama Buddha di Indonesia. Karena itu baik Perhimpunan Theosofi Indonesia maupun Perhimpunan Pemuda Theosofi Indonesia secara tidak langsung mempunyai andil yang besar dalam kebangkitan kembali agama Buddha di Indonesia.

The Boan An yang menjadi pimpinan GSKI dan Perhimpunan Pemuda Theosofi Indonesia, kemudian ditahbiskan menjadi Bhikkhu di Burma dengan nama Bhikkhu Ashin Jinarakkhita. Sejak 2500 tahun Buddha Jayanti, tepatnya tahun 1956 saat kebangkitan kembali agama Buddha di bumi Indonesia, Bhikkhu Ashin Jinarakkhita-lah yang memimpin kebangkitan kembali agama Buddha ke seluruh lndonesia. Karena itu Bhikkhu Ashin Jinarakkhita dinyatakan sebagai Pelopor Kebangkitan agama Buddha secara nasional di Indonesia. Dari bhikkhu Ashin Jinarakkhita lahir tokoh-tokoh umat Buddha di Indonesia seperti Sariputra Sadono, K. Karbono, Soemantri MS, Suraji Ariakertawijaya, Oka Diputhera, I Ketut Tangkas, Ida Bagus Gin dan pimpinan Buddha lainnya yang sampai sekarang masih aktif dalam organisasi Buddhis dan ada pula di antaranya telah menjadi Bhikkhu scperti Ida Bagus Gin vane sekarang dikenal dengan nama Bhikkhu Girirakkhito.
Jadi dari Gabungan Tri Dharma Indonesia dan Perhimpunan Theosofi Indonesia serta Perhimpunan Pemuda Theosofi Indonesia lahir penganut-penganut agama Buddha yang kemudian bersama-sama dengan Bhikkhu Ashin  Jinarakkhita mempelopori kebangkitan kembali agama Buddha dalam tahun kebangkitannya yakni tahun 1956. Nama-nama yang mendampingi Bhikkhu Ashin Jmarakkhita dalam mempelopori kebangkitan kembali agama Buddha dalam era 2500 tahun Buddha Jayanti tahun 1956 antara lain M.S. Mangunkawatja, Sariputra Sadono, Sasanasobhana, Sosro Utomo, I Ketut Tangkas, Ananda Suyono, R.A. Parwati, Satyadharma, lbu Jayadevi Djamhir, Pannasiri Go Eng Djan, Ida Bagus Giri, Drs. Khoe Soe Khiam, Ny. Tjoa Hin Hoey, Harsa Swabodhi, Krishnaputra, Oka Diputhera dan sebagainya.
Organisasi Buddhis yang mempersiapkan kebangkitan kembali agama Buddha di Indonesia adalah International Buddhis Mission Bagian Jawa dibawah pimpinan Yosias van Dienst, yang banyak mendapat bantuan dari Perhimpunan Theosofi dan Gabungan Sam Kauw.
Organisasi Buddhis yang mempelopori kebangkitan dan perkembangan agama Buddha di Indonesia sejak tahun 1950-an ialah Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia (PUUI) yang diketahui oleh Sariputra Sadono, kemudian oleh Karbono, Soemantri MS, Oka Diputhera (Sek. Jen) sampai kemudian berganti nama menjadi Majelis Ulama Agama Buddha Indonesia (MUABI) yang kemudian menjadi Majelis Upasaka Pandita Agama Buddhayana Indonesia. Yang membentuk PUUI adalah Bhikkhu Ashin Jinarakkhita dalam tahun 1954, sebagai pembantunya dalam menyebarkan agama Buddha di Indonesia.
Kemudian Bhikkhu Ashin Jinarakkhita merestui berdirinya Perhimpunan Buddhis Indonesia tahun 1958 dengan Ketua Urnumnya Sariputra Sodono dan Sek. Jen. Sasana Sobhana. Kemudian Ketua Umum PERBUDHI adalah Soemantri MS dengan Sekjen. Oka Diputhera. Perbudhi kemudian dilebur menjadi Budhi bersama-sama dengan organisasi Buddhis lainnya.
Dalam tahun 1958 berdiri Sangha Suci Indonesia yang kemudian ganti nama menjadi Maha Sangha Indonesia. Maha Sangha Indonesia kemudian pecah melahirkan Sangha Indonesia. Dengan demikian di Indonesia terdapat dua Sangha yakni Maha Sangha Indonesia dan Sangha Indonesia. Maha Sangha Indonesia dipimpin oleh Bhikkhu Ashin Jinarakkhita dan Sangha Indonesia dipimpin oleh Bhikkhu Girirakkhito.
Tahun 1974 atas prakarsa Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha, Gde Pudja MA, telah diadakan perternuan antara Maha Sangha Indonesia dan Sangha Indonesia. Hasil dan perternuan tersebut melahirkan Sangha Agung Indonesia yakni gabungan dari Maha Sangha Indonesia dan Sangha Indonesia. Sebagai Maha Nyaka Sangha Agung Indonesia terpilih Sthavira. Ashin Jinarakkhita.
Kemudian setelah Kongres Umat Buddha Indonesia di Yogyakarta, di Indonesia terdapat tiga kelompok Sangha, yakni Sangha Agung Indonesia, Sangha Theravada Indonesia dan Sangha Mahayana Indonesia yang sernuanya tergabung dalam Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI).
Sangha Mahayana Indonesia dibentuk tahun 1978. Dewasa ini pengurusnya terdiri atas Bhiksu Dharmasagaro (Ketua Urnum), Bhiksu Dharmabatama (Ketua 1), Bhiksu Sakyasakti (Ketua II), Bhiksu Dutavira (Sekretaris Urnum), Bhiksu Dhyanavira (Sekretaris 1) dan Bhiksu Andhanavira (Sekretaris II). Sangha Mahayana Indonesia inilah yang, mencetuskan ide pembangunan Pusdikiat Buddha Mahayana Indonesia. Cita-cita Sangha adalah menyebarluaskan ajaran Buddha Mahayana di Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia serta menterjemahkan kitab-kitab suci agama Buddha ke dalam bahasa Indonesia. 

B.   Organisasi-Organisai Agama Buddha Yang Berkembang Di Indonesia Setelah Kemerdekaan
  1.  Pada tahun 1952 perkumpulan Sam Kauw Hwee kehilangan ketuanya Kwee Tek Hoay lalu di organisasikan kembali dengan masuknya beberapa organisasi di dalamnya antara lain Tian Li Hwee di bawah pimpinan Ong Tiang Biauw (bhikkhu jinaputta) dan terbentuk gabungan Sam Kauw Indonesia (GSKI) dengan ketuanya The Boan (kemudian di kenal dengan Ashin jinarakkhita).
  2. Pada tahun 1962 di bawah pimpinan Drs Khoe Khiam, GSKI menjadi Tri Darma Indonesia dengan majalah Tri Budaya
  3. Pada tahun 1955-1956 berdirilah persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia (PUUI) yang kemudian berganti menjadi Majelis Ulama Agama Buddha Indonesia (MUABI) dan kemudian menjadi Majelis Upasaka Pandita Buddhayana Indonesia.
  4. Pada tanggal 5 Mei 1958 di semarang di bentuk perhimpunan Buddhis Indonesia (PERBUDI) tetapi sejak tahun 1965 di pindahkan ke jakarta. Pada tahun 1970 PERBUDI menjadi PERBUDHI sebagai gabungan dari PERBUDI, PUUI, GPIB (gabungan pemuda buddhis indonesia) dan Wanita Buddhis indonesia pada tahun ini pula berdirinya Sangha Suci Indonesia yang kemudian di kenal Maha Sangha Indonesia.
  5. Pada tahun 1959 terjadi suatu hal yang istimewa, yaitu umat Buddha pertama kalinya mengadakan upacara perayaan waisak di candi Borobudur secara besar-besaran dalam rangka menyongsong buddha jayanti.
  6. pada kesempatan itu enam bhikkhu dari luar negri hadir kemudian beberapa orang di tahbiskan menjadi bhikkhu dan samanera, antara lain:
1.      Ong Tian Biaw (tangggerang) menjadi bhikkhu jinaputta
2.      I Ketut Tangkas (Bali) menjadi bhikkhu Jinapiya
3.       Sontomiharjo (Kutarjo) menjadi samanera jinananda
Pada tanggal 12 Januari 1972 lima orang Bhikkhu: Jinapiya, Girirakkhito, Sumanggalo, dan Bhikkhu Subatho melepaskan diri dari Maha Sangha Indonesia dan mendirikan Sangha Indonesia. Tujuan di dirikannya Sangha indonesia adalah:
1.      Agar para Bhikkhu tidak terlibat dalam perpecahan dan pertentangan yang timbul di antara organisasi-organisasi Buddhis
2.      Menyatakan diri sebagai Kalyana Mitta (sahabat baik) bagi umat buddha.

Pada bulan Mei 1972, di cetuskan ikral persatuan dan kesatuan dari tujuh organisasi Buddhis menjadi satu organisasi tunggal yang namanya Buddha Dharma Indonesia (BUDHI) dan sebuah Majelis dengan nama Majelis Buddha Dharma Indonesia yang kelak merupakan pedoman mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan Agama Buddha di indonesia tujuh organisasi yang menyatukan dirinya antara lain:
1.      PERBUDHI
2.      Buddhis Indonesia
3.      MUBSI (Musyawarah Umat Buddha Seluruh Indonesia)
4.      Gabungan Tri Dharma Indonesia
5.      Persaudaraan Umat Buddha salatiga
6.      MUABI
7.      Dewan Vihara Indonesia
Pada tahun 1974 atas prakarsa Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Gede Puja, M.A. diadakan pertemuan di antara Maha Sangha Indonesia hasil pertemuan tersebut adalah Sangha Agung Indonesia yang bersifat pederasi dari Maha Sangha Indonesia
Pada tanggal tahun 1976 terbentuk gabungan seluruh umat Buddha indonesia (MUBSI) yang merupakan gabungan dari tujuh organisasi yaitu:
1.      BUDHI
2.      Gabungan Tri Dharma Indonesia
3.      Gabungan Vihara Buddha Mahayana Indonesia
4.      Majelis Agama Buddha Nichiren Shoshu indinesia
5.      Pamong Umat Buddha Kasogatan
6.      MAPANBUMI (majelis pandita Buddha Maetreya indonesia)
7.      PERBUDHI
 Pada tahun itu terbentuk MAPANBUDHI (majelis pandita buddha dharma indonesia) yang kemudian berkembang menjadi Sangha Teravada Indonesia.
Pada tanggal 7-8 tahun 1979 di langsungkan kongres umat        Buddha indonesia di yogyakarta yang di hadiri oleh Sangha-sangha dan Majelis-majelis agama Buddha dan menghasilkan beberapa keputusan dan ketetapan yang penting dan merupakan tonggak pengembangan agama Buddha di indonesia yaitu:
Semua mazhab agama Buddha mempunyai keyakinan adanya yang maha esa yang sebutannya berbeda-beda yang pada hakikatnya adalah satu  sama dan mengakui Buddha Gautama/Sakyamuni sebagai guru Agung/Nabi
Semua mazhab bertekat melaksanakan p4
Ditetapkan kriteria Agama Buddha yang berkembang di indonesia yaitu:
a. Adanya tuhan yang maha esa
b.      Adanya triratn/tiratana
c.       Cattary ariya satccani
d.      Kamma/karma
e.       Punarbhava/punabhava
f.       Tilakkhana
g.      Nirvana/nibbana
h.      Bodhisatva
i.        Paticcasamupadda
di bentuknya WALUBI (perwakilan umat Buddha indonesia) yang merupakan wadah tunggal persatuan umat Buddha indonesia yang beranggautakan sangha dan Majelis-majelis yaitu:
a.       Sangha agung iundonesia
b.      Sangha Teravadha Indonesia
c.       Sangha Mahayana Indonesia MUABI yang kemudian menjadi MBI
d.      MAPANBUDHI
e.       Majelis Dharmaduta Kasogatan kemudian menjadi Majelis kasogatan tantrayana indonesia
f.       MAPANBUMI
g.      NSI
h.      Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia
i.        Majelis Rohaniawan Tri Dharma seluruh Indonesia
     1982 : 27-28 Februari, Kongres Luar Biasa WALUBI di Jakarta yang menganti susunan DPP Walubi dengan memilih : Ketua Umum : Soemantri MS. ( Majelis Buddhayana Indonesia-MBI) Sekjen : Seno Soenoto ( Nichiren Syossyu Indonesia-NSI )
1986 : 8-11 Juli 1986, Kongres I WALUBI dibuka oleh Presiden Soeharto di Istana Negara :Dewan Pimpinan Pusat : Ketua Umum : Bhikkhu Girirakitto Maha Thera. ( Sangha Theravada Ind. ) Wakil Ketua Umum : Drs. Aggie Tjetje, SH. ( MARTRISIA- Tridharma ) Widyekasabha Ketua : Bhikkhu Ashin Jinarakkhita Maha Thera ( Sangha Agung ) Wakil Ketua : Maha Pandita Sumedha Widyadharma ( MAPANBUDHI- Theravada ).
1987 : 9-10 Juli 1987 Sidang Widyekasabha WALUBI menetapkan pengeluaran Nichiren Syosyu Indonesia dari WALUBI karena permasalahan doktrin Buddha Dharma. SK No. 016/DPP/WALUBI/VII/87.
1988 : Sangha Theravada Indonesia mengadakan Pasamuan yang
menetapkan : Penasehat : Bhikkhu Girirakkhito Mahathera Ketua Umum : Bhikkhu Sri Pannavaro Thera Sekjen : Bhikkhu Subalaratano Thera
1990 : Wakil Ketua Umum WALUBI : Drs. Aggie Tjetje, SH. dipecat dengan tidak hormat oleh DPP WALUBI melalui Rapat Pleno DPP WALUBI karena melakukan tindakan indisipliner organisasi dan menyalahgunakan wewenang serta memecah belah kerukunan Umat Buddha Indonesia.
1992 : MUNAS WALUBI di Hotel Horison, Jakarta dengan hasil
keputusan :     DPP WALUBI terpilih : Ketua Umum : Bhikkhu Girirakkitto Maha Thera Sangha Theravada Indonesia Sekjen : Kolonel (Pol) Drs. Budi Setiawan (Ditura Buddha Depag) Permasalahan yang belum terselesaikan di MUNAS WALUBI yaitu AD/ART yang diserahkan kepada Tim Perumus (30 orang).  Widyekas  Ketua : Bhikkhu Ashin Jinarakkhita.  Dewan Penyantun Ketua : Dra. Siti Hartati Murdaya.
1994 : AD/ART belum menyelesaikan oleh Tim Perumus (30 orang),
maka Pleno DPP Walubi   menetapkan pembentukan Tim Perumus Kecil (9 orang) yang berasal dari Tim Perumus (30 orang).
Setelah Tim Perumus Kecil ( 9 orang ) menyelesaikan pembentukan
AD/ART yang kemudian disahkan dalam Pleno DPP WALUBI dengan ciri khas bahwa Ketua Umum Walubi pemegang mandat tertinggi WALUBI dengan dua badan pelengkap yaitu Widyekasabah dan Dewan Penyantun selanjutnya di kenal dengan AD/ART yang sah.
Bersamaan Muncul AD/ART yang diklaim sebagai hasil Tim Perumus yang memperoleh mandat dari Munas, namun tidak disetujui oleh Pleno DPP WALUBI karena berciri khas pemegang mandat tertinggi adalah Widyekasabah dengan pelaksana harian Ketua Umum DPP WALUBI. AD/ART yang tidak disetujui oleh Pleno DPP WALUBI, namun disebarluaskan dan dilaporkan ke Depdagri tanpa sepengetahuan DPP WALUBI.
Selanjutnya AD/ART ini menjadi AD/ART yang tidak terpakai (AD/ART Palsu).
Timbulnya 2 AD/ART (AD/ART yang sah dan AD/ART Palsu) ini menjadi Polemik yang akhirnya DPP WALUBI melaporkan kepada Kepolisian untuk membantu penyelesaianya permasalahan karena DPP WALUBI tidak dapat melaksanakan Program Kerja.
Pengakuan dari para tersangka yang terlibat dalam pembentukan AD/ART Palsu yang tidak disetujui oleh Pleno DPP WALUBI dengan menyatakan adanya tindakan  penyetruman dan penyiksaan oleh oknum aparat telah diproses sesuai prosedur. Pemerikasaan oleh Tim Komnas HAM, Tim DPR RI dan Tim DPP Walubi meragukan  terjadinya peristiwa tersebut dan tidak mendapatkan bukti hukum yang kuat. Bahkan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara telah menetapkan keputusan tahun 1998, yang membenarkan tindakan DPP Walubi menyelesaikan pemasalahan dengan  Pelaporan keaparat penegak hukum (Kepolisian) sesuai dengan peraturan perundangan dalam negara hukum. :
 4 Oktober 1994 Sidang Pleno DPP WALUBI Membekukan Keanggotaan Majelis Buddhayana Indonesia SK No. 135/SK/DPP-WLB/1.8/X/94
: 15 Oktober 1994 Sidang Pleno DPP WALUBI Mengeluarkan Surat Keputusan No. 141/SK/DPP-WLB/1.8/94 tentang Pemberhentian Sangha Agung Indonesia dan Majelis Buddhayana Indonesia dari WALUBI.
: 23 Juni , Munas Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia yang berhasil menyusun DPP MAPANBUMI :Ketua Umum : MS. Gautama Hardjono Sekretaris Jenderal : Pdt. Citra Surya, SE. MM.
: 3 Desember, Munas Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia yang berhasil menyusun DPP MAJABUMI : Ketua Kehormatan : Dra. Siti Hartati Murdaya. Ketua Umum : Supradipa Suryadi Sekretaris Jenderal : Aries Wibowo.
1995 : 30 Maret 1995 Sidang Widhayaka Sabha menetapkan bahwan
Sangha Agung Indonesia  dan Majelis Buddhayana Indonesia sebagai aliran
Kepercayaan dan bukan organisasi     keagamaan. No. 001/WS-WLB/III/1995.
1996 : Puja Bakti Waisak Akbar di Candi Mendut yang dihadiri oleh seluruh anggota Walubi,   maupun diluar Walbubi yaitu NSI (yang dikeluarkan tahun
1987) dan MBI (yang  dikeluarkan tahun 1994 ). : Pasamuan Agung Nasional Parisada Buddha Dharma Nichiren Syosyu Indonesia di Megamendung, setelah meninggalnya Seno Soenoto, terjadi perselisihan yang tidak dapat diselesaikan sehingga sebagian anggota PBDNSI memisahkan diri dan membentuk wadah baru yaitu Pandita Sabha Buddha Dharma Indonesia (PSBDI).
PBDNSI mengadakan Pasamuan kembali menghasilkan kepemimpinan :KetuaUmum : Suhadi Sendjaja Sekjen : Erwin Senosoenoto PSBDI mengadakan Pasamuan kembali menghasilkan kepeminpinan : Ketua Umum : Aiko Senosoenoto Sekjen : Irwan Kartasasmita
1997 : Ketua Umum Walubi Bhikkhu Girirakkhito Mahatera meninggal dunia (parinibbana) dan Pleno DPP WALUBI mengangkat Pejabat Ketua Umum Walubi dimandatkan kepada Ketua Walubi Drs Oka Diputhera.
1998 : Prakarsa Dirjen Bimas Hindu Buddha ( Ir. I Wayan Gunawan ) mempertemukan seluruh pimpinan Organisasi Agama Buddha dan Sangha Agama Buddha dan Upaya Dra Siti Hartati Murdaya mempertemukan seluruh komponen Umat Buddha Indonesia dari berbagai lapisan masyarakat di Indonesia berhasil merumuskan Konsensus Nasional Umat Buddha dan menyetujui Struktur WALUBI baru dengan nama Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) yang mempersatukan seluruh Organisasi Agama Buddha yaitu seluruh anggota Walubi Perwalian Umat Buddha Indonesia dan mengundang diluar Perwalian Umat Buddha Indonesia (Nichiren Syosyu dan Majelis Buddhayana Indonesia)
: 20 Agustus 1998 ditandatangani Konsensus Nasional Umat Buddha Indonesia dengan membentuk Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) dengan bentuk federasi dan memegang prinsip Non Intervensi.
: 6 Nopember 1998, mengadakan Munas Khusus Perwalian Umat Buddha (WALUBI) untuk pembubaran, karena telah dibentuk Wadah baru Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) sebagai kelanjutan historisnya yang telah menerima seluruh anggota Perwalian Umat Buddha Indonesia dan yang berada di luar Perwalian Umat Buddha Indonesia yaitu Nichiren Syosyu, Parisadha Budddha Dharma Indonesia dan Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia yang terdiri dari ratusan organisasi Majelis dan tempat Ibadah Umat Buddha yang belum mencukupi 9 Propinsi sebagai syarat berdirinya sebuah Majelis yang bersifat Nasional.
Anggota Walubi (Perwalian Umat Buddha Indonesia) yaitu :
1. Bhiksu Sangha Mahayana
2. Bhiksu Sangha Theravada
3. Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia (Majabumi )
4. Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Magabudhi)
5. Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (Mapanbumi)
6. Majelis Agama Buddha Tantrayana Kasogatan Indonesia (Kasogatan)
7. Majelis Rohaniawan Tridharma Seluruh Indonesia (Martrisia)
Diluar Walubi (Perwalian Umat Buddha Indonesia) yaitu :
1. Parisadha Buddha Dharma Nichiren Syosyu Indonesia (NSI) ( Anggota Walubi Perwakilan )
2. Pandita Sabha Buddha Dharma Indonesia (PSBDI) ( Anggota Walubi Perwakilan )
3. Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia ( Anggota Walubi Perwakilan )
4. Bhiksu Sangha Tantrayana ( Anggota Walubi Perwakilan )
5. Lama Sangha Vajrayana ( Anggota Walubi Perwakilan )
6. Sangha Agung Indonesia ( tetap diluar Walubi Perwakilan )
7. Majelis Buddhayana Indonesia. ( tetap diluar Walubi Perwakilan )
: 16 Nopember dibentuk Konperensi Agung Sangha Indonesia (KASI) yaitu kelompok kerja Sangha yang berperan untuk singkronisasi dan keharmonisan antar Sangha di Indonesia.
: DPP Perwakilan Umat Buddha Indonesia memohon kesediaan KASI untuk duduk dalam Dewan Sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia. Namun hasil yang dicapai hanya kesediaan KASI mengayomi seluruh Umat Buddha dan menolak duduk dalam Dewan Sangha dengan mempersalahkan Majelis anggota WALUBI sebagai pemecah belah Sangha merujuk peristiwa Pemberhentian Sangha Agung Indonesia tahun 1994.
: Munas MBI bulan September di Lampung, yang dihadiri oleh Dirjen Bimas Hindu-Buddha atas Rekomendasi DPP WALUBI, telah memutuskan untuk bergabung kembali dalam WALUBI yang ternyata sampai saat ini belum dilaksanakan. DPP Majelis Buddhayana Indonesia menetapkan :
Ketua DPP MBI: bersifat Presidium, tujuh orang Ketua.
(diantaranya Dr. Parwati Soepangat, dr Krisnanda Wijayamukti MSc.)
Sekjen : dr. Krisnanda Wijayamukti, MSc.
: 29-30 Desember Pasamuan Umat Buddha Indonesia yang dibuka oleh Presiden RI di Istana dan ditutup oleh Menteri Agama RI yang dilaksanakan di Hotel Indonesia yang dihadiri oleh Sangha Theravada Indonesia, Sangha Mahayana Indonesia dan Sangha Tantrayana Indonesia yang kemudian duduk sebagai Dewan Sangha WALUBI sebagai Penasehat Dharma DPP WALUBI dan seluruh Majelis Agama Buddha Indonesia, kecuali Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) yang hanya mengirimkan rangkaian bunga ucapan selamat Pasamauan Agung Umat Buddha Indonesia.
Dewan Sangha Walubi (Koordinator Dewan Sangha Bhiksu Dutavira Mahasthavira)
1. Bhikshu Sangha Mahayana (Koordinator Bhiksu Virya Mitra Sthavira)
2. Bhikkhu Sangha Theravada (Koordinator Bhikkhu Vijano Mahathera)
3. Bhikshu Sangha Tantrayana Kasogatan (Koordinator Bhiksu Padma Satya)
4. Lama Sangha Tantrayana Vajarayana (Koordinator Lama Yongzin Tulku
      Rinpoche)
5. Bhikshu Sangha Tantrayana Indonesia (Koordinator Bhiksu Padma Vajra
     Vidya)
6. Bhikshuni Sangha Mahayana (Koordinator Bhiksuni Tjong Khai/Murniwati)
Anggota Perwakilan Umat Buddha Indonesia ( WALUBI ) :
1. Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia (Ketua : Pdt. Supradipa Suryadi)
2. Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Ketua : Pdt. Herman S. Endro    SH)
3. Majelis Agama Buddha Tantrayana Kasogatan Indonesia (Pdt. Drs. Oka    Diputhera)
4. Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (Pdt. Ir. Arief Harsono.)
5. Majelis Rohaniawan Tridharma Seluruh Indonesia (Pdt. Ongko Prawiro)
6. Parisadha Buddha Dharma Nichiren Syosyu Indonesia (Pdt. Suhadi Sendjaja)
7. Pandita Sabha Buddha Dharma Indonesia (Pdt. Irwan Kartasasmita)
8. Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia (Pdt. Pradipa Suryadi ; Pdt Drs. Eddy  Hertanto, SH.) yang didukung oleh :
a. Majelis Agama Buddha Madhatantri (Pdt. Susan Kumala)
b. Saddharma Pundarika Indonesia (Pdt. Udin Tirta)
c. Adhidharma Indonesia (Pdt. N. Singgih, SH.)
d. Ekadharma Indonesia (Pdt. Frans Cahyadi)
e. Pendidikan Maitreya Indoensia (Pdt. Sasanavanalim)
f. Tantrayana Vajrayana Indonesia (Lama Rigdzin Jigme)
g. Ratusan tempat ibadah umat Buddha diseluruh Indonesia
: 31 Desember (DPD Martrisia Jakarta dan Jawa Barat yang memisahkan diri
dari Martrisia _Tridharma Pusat tahun 1996) mengadakan Munas Majelis Agama
Buddha Tridharma Indonesia di Bumi Tridharma , Pacet dengan Susunan Pengurus
: Penasehat : Drs. Aggie Tjetje, SH.
: Kittinanda Ketua Umum : Bhagyadewa Siddharta
1999 : 30 Mei, Walubi mengadakan Puja Bakti Waisak Nasional di Candi Agung Borobudur yang dihadiri 50.000 umat Buddha dari seluruh Umat Buddha Indonesia dan Umat Buddha mancanegara serta dengan dukungan dari seluruh Partai Politik peserta Pemilu, Pemerintah dan Aparat Keamanan serta Rakyat sehingga Pelaksanaan Puja Bakti Waisak berlangsung dengan akbar, aman dan sukses.

1 komentar: